Sunday, March 6, 2016

Ada Apa Dengan Jerman Selatan

Saya selalu berusaha mempromosikan Jerman bagian selatan ke teman-teman. Bukan karena saya tinggal di sini dan ingin dikunjungi #modus, tapi karena menurut saya Jerman bagian selatan sangat menarik.

Daerah Jerman bagian selatan, sayangnya, biasanya dilewatkan saja oleh pelancong-pelancong asal Indonesia, paling tidak pelancong yang saya kenal ya. Padahal tempatnya cukup dekat dengan negara negara wisata populer seperti Italia dan Swiss. Saya perhatikan rute rute wisatawan yang menjelajah Eropa biasanya dimulai dari Italia, naik ke Swiss, belok kanan ke Austria, balik arah melompati Jerman langsung ke Perancis, setelah itu lanjut naik ke Amsterdam lewat Belgia untuk kemudian pulang. Bagian Jerman yang dilewatin paling hanya Frankfurt (yang menurut saya nggak ada menarik menariknya). Sementara untuk teman-teman saya yang tinggal di Eropa, Jerman bagian selatan sering tidak terpikirkan sebagai daerah yang bisa dikunjungi. 

Yah saya rasa alasan utamanya mungkin memang karena keterbatasan waktu sih, mengingat wilayah Jerman jauh lebih besar dibandingkan dengan negara negara Eropa barat lainnya. Harus khususon kalau mau menjelajah. Selain itu kota-kota di Jerman, harus saya akui, jarang yang populer di kalangan wisatawan. Mungkin karena Jerman tidak pintar mempromosikan diri. Paling tidak untuk perkara wisatanya. Negara ini sudah sejak dahulu kala termahsyur dan kaya dari bidang industri sih, jadi sepertinya memang sudah tidak terlalu butuh dorongan dari sektor pariwisata. Orang Jerman sendiri setahu saya juga lebih memilih pergi ke negara lain untuk mencari sinar matahari, daripada melancong di dalam negeri.

Selain itu, mungkin karena pengaruh cerita-cerita Perang Dunia, terutama PD II, orang Jerman digambarkan kaku, dingin, dan aneh. Padahal menurut saya orang Jerman termasuk yang ramah lho dibandingkan dengan orang dari negara tetangganya seperti Perancis. Walaupun mukanya mungkin memang tanpa ekspresi Hehehe! Bangsa Jerman memang terkenal sangat menjaga privasi. Bukan privasi mereka saja, tapi juga privasi orang lain. Sehingga kesannya tidak terbuka, terutama dengan orang tidak dikenal. Tapi selama ini kalau saya berpapasan dengan orang Jerman, kenal atau tidak kenal, mereka hampir selalu menyapa entah dengan ucapan halo atau gutten tag kok. Bahkan kadang kalau saya iseng nanya apa kabar mereka bisa juga ujug ujug curhat. Hahaha! 

Kembali ke inti utama cerita, Jerman bagian selatan yang bakal saya bahas disini adalah negara bagian Baden Wurtemberg (Stuttgart) dan sedikit Bayern (Munchen). Sedikit karena wilayah Bayern yang pernah saya kunjungi baru Wurzburg dan Kastil Neuschwanstein. 

Cerita yang saya sampaikan ini mungkin bisa jadi pertimbangan untuk tidak lagi melewatkan Jerman saat melancong ke Eropa. Sabar - sabar bacanya ya, karena agak panjang tulisannya. Kalau malas mungkin bisa lihat gambar - gambarnya saja :P

1. Kastil, Benteng dan Istana
Walaupun bukan Disney mania tapi saya suka sekali dengan kastil, benteng, dan istana. Selama tinggal di Jerman saya puas sekali mengunjungi tempat-tempat tersebut. Semuanya seperti yang biasa saya lihat di film atau saya bayangkan dari buku dongeng. Hal yang asyik menurut saya dalam mengunjungi kastil, istana, atau benteng adalah suasananya tetap memesona dalam kondisi cuaca apapun. Entah bertabur sinar matahari musim panas, mellow musim gugur, atau bersalju. Tetap saja terlihat wow. 

Untuk bisa masuk ke dalam tempat wisata sejarah (kastil, istana, atau benteng), pengunjung biasanya harus mengikuti guided tour. Untungnya harga tiket tempat tempat tersebut di Jerman masih tergolong sangat murah. Harga tiket wisata sejarah paling mahal yang pernah saya bayar adalah tiket masuk Imperial Palace Dresden. Itupun "hanya" 22 euro/orang untuk sembilan museum yang ada di istana itu. Harga tiket di tempat wisata sejarah lain bahkan banyak yang tidak sampai 10 euro/orang atau malah gratis. Bandingkan dengan harga tiket 16 euro/orang yang harus saya bayar hanya untuk melihat David selama 15 menit di Gallery dell' Accademia Florence atau 24 euro untuk masuk Casa Batllo di Barcelona yang terus terang bagus tapi tidak ada apa-apanya. Hehehe!

Saking seringnya saya dan suami mengunjungi istana, kastil, atau benteng, sampai-sampai waktu dulu mengunjungi istana Versailles di Perancis, saya dan suami sama-sama bilang, "yah ini sih di Jerman juga ada" hehehe! *digetok Napoleon*. Eh bukannya menjelek-jelekan Versailles ya. Maksud saya Versailles juga bagus. Bagus banget malah. Bagaimanapun Versailles adalah istana utama emperor Eropa. Bangunan istananya dilapis emas dan Hall of Mirrors-nya juga luar biasa cantiknya. Cuma untuk bagian kamar tidur dan sebagainya sama saja seperti yang ada di Jerman. Jadi buat saya Versailles ini agak overated, mengingat untuk masuknya saja harus rela antri berjam-jam atau beli tiket VIP yang super mahal supaya tidak perlu mengantri. Itupun di dalamnya harus rela berdesak desakan saking banyaknya orang. Hehe! 

Jadi ini beberapa kastil, istana, atau benteng terkenal yang ada di Jerman selatan dan sudah saya datangi. Saya pilih hanya yang menurut saya berbeda dan menarik untuk dikunjungi. Foto-fotonya kebanyakan saya ambil dari Internet. Karena untuk mendapatkan foto-foto seperti yang ada di internet, saya harus naik gunung atau punya drone atau paling tidak kamera bagus (alesan). Di setiap foto saya kasih link internet informasi tempat tersebut. Kalau kalau ada yang mau tahu lebih jauh. 

Heidelberg Castle
Soal kastil Heidelberg sudah pernah saya bahas di postingan ini. Heidelberg, yang menurut saya adalah salah satu kota paling cantik di Jerman, terletak hanya satu jam dari Frankfurt. Jadi kalau sedang singgah di Frankfurt bisa dipikirkan untuk mampir ke kota ini. Karena di Frankfurt-nya sendiri betul-betul tidak ada apa apa *digetok penghuni Frankfurt*.
Kastil Heidelberg (sumber internet)
Benteng Hohenzollern
Benteng Hohenzollern (sumber internet)
Benteng Hohenzollern ini menurut saya, adalah yang paling mirip dengan kastil-kastil negeri dongeng. Kalau berimajinasi lebih jauh pasti bisa terbayangkan ada naga-naga terbang di antara pilar pilarnya. Hehe! Dibangun sebagai benteng pertahanan, benteng ini terletak di puncak bukit Hohenzollern setinggi 234 meter di atas permukaan laut. Lokasinya cukup dekat dengan Stuttgart. Hanya sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan mobil. 

Kastil Sigmaringen
Kastil Sigmaringen (sumber internet)
Walaupun tidak secantik kastil lainnya, Sigmaringen yang terletak sekitar 2 jam perjalanan kereta dari Stuttgart adalah salah satu kastil yang paling tua dan paling bersejarah di wilayah Baden Wurtemberg. Kastil ini merupakan kediaman utama keluarga Hohenzollern-Sigmaringen, keturunan penguasa masa lampau daerah Schwaben (Baden Wurttemberg). Benteng Hohenzollern yang saya sebutkan sebelumnya juga merupakan milik keluarga ini.

Tidak seperti kastil lainnya yang dikelola oleh pemerintah, kastil Sigamringen masih dikelola dan digunakan secara pribadi oleh keluarga Hohenzollern-Sigmaringen. Di Jerman, properti seperti istana, benteng, dan kastil memang bisa saja tetap dimiliki secara pribadi, asalkan tentu saja pemiliknya masih sanggup membayar pajak dan biaya perawatannya. Sayangnya karena masih dikelola secara pribadi, guided tour yang disediakan di sini hanya ada dalam bahasa Jerman. Jadi ketika saya mengunjungi Sigmaringen kebanyakan saya hanya bengong ketika menyusuri ruangan-ruangan di dalamnya.  

Sedikit keluar dari topik. (BEWARE : NGGAK PENTING ALERT
Saya sempat mendengar gosip tentang salah satu artis Indonesia yang menikah dengan Pangeran Jerman. Nah kalau benar suaminya (atau mantan suaminya) betul Pangeran Jerman, maka bisa dipastikan keluarganya memiliki kastil seperti Sigmaringen ini. Hehehe! Sayang sepertinya ceritanya tidak berakhir baik baik. Kalau baik baik saja kan mungkin saya bisa silaturahim ke rumahnya. :P  

Kastil Neuschwanstein
Kastil Neuschwanstein (sumber internet)
Kastil yang terletak di negara bagian Bayern ini merupakan kastil paling populer di Jerman. Walaupun masih tergolong baru karena baru mulai dibangun pada akhir abad 19, kastil ini selalu masuk dalam daftar kastil tercantik di dunia. Selain karena bentuk bangunannya yang memang lain daripada yang lain (dibangun seluruhnya dari marmer putih) Neuschwanstein juga mahsyur sebagai inspirasi Disney dalam membangun berbagai struktur negeri dongen seperti kastil Cinderella di Disney World dan kastil Sleeping Beauty di Disneyland. Kastil ini memang dibangun dengan konsep kastil impian. Ludwig II of Bavaria yang memprakarsai pembangunan kastil ini konon katanya memang pemimpi yang pikirannya hampir selalu ada di atas awang-awang. Sayangnya pangeran Ludwig sudah terlebih dahulu meninggal, sebelum sempat menikmati kastil impiannya.

Perjalanan pulang pergi dalam sehari ke Neuschwanstein bisa dilakukan dari Stuttgart maupun Munchen.


Kastil Lichtenstein
Terletak di dekat kota Reutlingen yang merupakan metropol Stuttgart, kastil Lichtenstein menurut saya adalah kastil kecil tercantik yang pernah saya kunjungi. Dibangun di atas tebing, dulunya kastil ini berfungsi sebagai kastil untuk berburu. Sekarang sih kastil yang sempat jadi lokasi shooting film Sleeping Beauty versi Jerman ini berfungsi jadi tempat wisata saja. 
Kastil Lichtenstein (sumber koleksi pribadi)
Istana Schwetzingen
Taman istana ini digadang-gadang sebagai pesaing dari taman Versailles. Tamannya memang megah. Boleh dibilang sebelas dua belas dengan taman Versailles. Hanya saja ukuran taman Versailles jauh lebih besar dari taman ini. Schwetzingen ini lokasinya ada di antara kota Heidelberg dan Frankfurt, sehingga bisa jadi alternatif kunjungan juga kalau sedang mampir di Frankfurt.  
Istana Schwetzingen (sumber internet)
Hal menarik dari taman Schwetzingen ini adalah fokusnya pada arsitektur. Ada beberapa arsitektur tidak biasa yang ditempatkan di taman Schwetzingen. Ada kuil matahari, kuil romawi, lorong masa depan, dan bahkan ada masjid :))
Beberapa arsitektur di Schwetzingen. Sarah jarum jam : Kuil matahari, kuol romawi yang sengaja dibikin seperti reruntuhan, masjid merah, dan lorong masa depan yang ujungnya ada lukisan. (sumber koleksi pribadi)
Istana Ludwigsburg
Berdiri di lahan seluas 72 hektar, imperial palace Ludwigsburg merupakan kompleks istana baroque terbesar di Jerman dan salah satu yang terbesar di eropa. Konon katanya pembangunan istana ini dilakukan untuk menyaingi kemegahan istana Versailles. Bahkan, salah satu kebanggaan dari istana Ludwigsburg adalah jendela istana ini lebih banyak satu jumlahnya dari jumlah jendela istana Versailles. Mengingat Versailles merupakan istana paling tersohor di eropa, wajar jika jumlah jendela juga menjadi hal yang penting, walaupun sebenarnya tidak penting. Hehehe!

Istana ini bisa ditempuh hanya dalam waktu 30 menit menggunakan moda transport lokal dari pusat kota Stuttgart. Guided tour di istana Ludwigsburg merupakan salah satu yang paling memorable bagi saya. Selama hampir dua jam penuh kami diajak berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lain oleh guide yang terlihat sangat menikmati pekerjaannya. Hutan yang mengelilingi istana ini dulunya merupakan lahan berburu, akan tetapi sekarang berubah menjadi hutan kota tempat warga menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan santai atau piknik. Sebagian kecil mengenai taman istana Ludwigsburg pernah saya bahas di sini.
Imperial Palace Ludwigsburg (sumber internet)

Istana Wurzburg
Istana ini sebenernya terletak di negara bagian Bayern, tapi bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 3 jam dari Stuttgart. Ditetapkan sebagai UNESCO World Heritage Site tahun 1981, istana ini adalah salah satu istana bergaya baroque paling terkenal dan bersejarah di Jerman. Kalau diperhatikan, semua istana-istana raja Jerman modern (mulai abad 18) memiliki gaya dan arsitektur yang serupa dengan istana ini. Interiornya juga mirip-mirip. Jadi kalau sudah mengunjungi salah satunya sudah bisa menerka gaya atau bentuk istana lainnya. Walaupun begitu kalau berkesempatan mengunjungi suatu istana saya tetap mengusahakan masuk sih hehehe! karena meskipun bentuknya hampir sama sejarahnya tetap berbeda-beda. Itulah mengapa ketika mengunjungi Versailles yang notabene juga bergaya baroque, saya sudah tidak terlalu asing dengan suasananya, karena saya sudah pernah lihat sebelumnya.

Imperial palace Wurzburg (sumber koleksi pribadi) 
Begitulah tentang wisata sejarah di Jerman Selatan yang saya rasa cukup menarik untuk bahan pertimbangan mengunjungi daerah tersebut.
Read more ...

Tuesday, March 1, 2016

Makanan Makanan Nostalgia

Saya punya beberapa makanan nostalgia yang pernah saya kreasi ulang di Stuttgart. Namun karena proses kreasi ulang masakan tersebut hanya berdasarkan ingatan saya, ditambah dengan keterbatasan bahan dan kemampuan mengolah masakan, rasa dan rupa makanan yang dihasilkan mungkin cukup berbeda dengan aslinya. Tapi yang pasti memorinya tetap sama.  Ini ceritanya, in no particular order :

1. Badak Sambel
Di Semarang bakwan/bala bala disebut dengan istilah badak. Saya nggak tau sih kenapa gorengan dari campuran sayuran dan adonan tepung itu bisa dikaitkan dengan badak. Nggak yakin juga apakah badak yang dimaksud disini beneran badak binatang bercula ataukah hal yang lain. Yah siapa tau badak ini nama orang yang membawa teknik menggoreng sayur tersebut ke nusantara. Misalnya Chong Wei Bada. Gitu. Sapa tau kan? Hehe!

Aniwei, badak sambel ini adalah makanan khas yang setahu saya cuma dijual di kantin SMA 3 Semarang. Tempat saya dulu bersekolah dari tahun 2001 - 2004. Sebenarnya konsep Badak Sambel ini biasa saja:  badak dipotong potong kemudian dikucuri sambal kacang dan di atasnya diberi sambal merah. Seingat saya sih makannya pakai nasi atau bisa juga dimakan begitu saja.   

Waktu SMA terus terang saya tidak begitu suka jajan di kantin sekolah. Karena setiap habis makan disana baju saya pasti bau minyak dan gorengan. Hehe! Mana Semarang dari dulu panas banget dan waktu itu sekolah saya belum ber-AC jadi baunya nggak ilang-ilang. Jadi saya lebih suka nongkrong di Mushola (Ahem!).

Sebenarnya saya juga nggak hobi-hobi amat makan badak sambel ini. Soalnya bentuk rupanya yang dijual di sekolah dulu menurut saya kurang meyakinkan :P Kalau saya tidak salah ingat, kalaupun saya ke kantin, saya lebih sering memesan makanan yang lain. Tapi entah kenapa yang saya paling ingat tetap makanan legendaris SMA saya ini.  

Badak sambel yang saya bikin benar-benar cuma bakwan disiram sambel kacang (sambel pecel karangsari), dimakan dengan kentang dan sayur. Biasanya sih mentimun atau bayam rebus. Jadi kebalikan pecel semarang lah. Kalau pecel kan sayurnya yang banyak, bakwannya cuma buat kriuk kriuk aja, kalau ini bakwannya yang banyak,  sayurnya sih biar nggak merasa bersalah doang makan gorengan :P
Badak Sambel

2. Sosis Kentang + Saos Tomat dan Kecap

Waktu kecil, salah satu comfort food saya adalah sosis dan kentang goreng yang dimakan dengan campuran saos tomat dan kecap. Karena orang jawa kali ya, semua harus dikasih kecap. Seingat saya makanan ini sering muncul saat weekend, atau saat  bulan puasa, atau jadi bekal piknik. Entah kenapa dulu ibu saya selalu mengiris ujung sosis sehingga ketika digoreng si sosis mekar seperti bunga. Rasanya enak banget dimakan sore sore, hujan-hujan, sambil nonton Satria Baja Hitam :P

Mungkin ya ibu saya ini visioner, tahu kalau anaknya suatu saat bakal nyicip tinggal di Jerman. Jadi dari kecil sering dikasih kentang sosis. Karena setelah tinggal di Jerman saya jadi sering teringat makanan kesukaan saya waktu kecil tersebut.  Bagaimana tidak, di sini sosis dan kentang termasuk bahan makanan utama. Currywurst yang notabene cuma sosis bakar dilumuri saos tomat dan bumbu kare merupakan salah satu makanan tradisional yang kepopulerannya kalau di Indonesia bisa disejajarkan dengan sate madura. Sementara kentang adalah karbohidrat pokok di Jerman. Saking hobinya orang sini sama kentang, di Jerman ini jenis kentang dibagi-bagi berdasarkan kegunaannya. Ada kentang khusus untuk puree, dibakar, digoreng, atau dibikin gratin. Saya sih biasanya masak kentang apa saja yang ada. Soalnya buat saya rasanya sama sama saja, walaupun harus diakui memang jauh lebih enak dari kentang di Indonesia. Hehehe! 

Lucunya, untuk membuat ulang sosis kentang seperti yang sering saya makan di Semarang, saya harus beli sosis halal yang paling murah yang ada di toko turki. Sosis lainnya teksturnya tidak sama dengan sosis yang saya makan di Indonesia. Terlalu luxus. Terlalu bule. Hahaha! Cuma sosis sapi seharga 4 euro/1.5 kg ini saja yang cocok banget dibikin makanan begini.

Sosis kentang yang ada di foto ini sebenarnya currywurst. Bumbunya pakai bumbu instan Knoor dan sosis kentangnya dipanggang bukan digoreng. Karena saya males ngegoreng. Nyiprat-nyiprat. Tapi rasanya mirip mirip lah sama yang sering saya makan waktu kecil :P

Sosis Kentang + Saos Tomat

3. Onion Ring
Waktu kuliah, saya dan teman saya Vidi sempat terobsesi dengan namanya onion ring. Onion ring itu lingkaran bawang bombay yang dilumuri tepung kemudian digoreng. Ada kali 10 kami mencoba membuatnya di kosan Vidi. Semua percobaan gagal. Onion ring yang dihasilkan tetap soggy (lembek) karena tepungnya nggak mau nempel. Kalaupun ada bagian-bagian yang nempel hasilnya nggak keriuk keriuk seperti yang dijual di restoran-restoran. Padahal bikinnya udah pake tepung kobe loh. Haha! Tentu saja karena waktu itu belum ada youtube dan internet belum sekencang sekarang, jadi sampai kami lulus kuliahpun onion ring masih jadi misteri besar. Hingga akhirnya beberapa waktu kemarin saya ingat kalau pernah penasaran dengan onion ring. Setelah melakukan riset cukup mendalam (halah), akhirnya saya menyimpulkan kalau coating yang perfect untuk onion ring kriuk ada pada jenis dan perbandingan jumlah tepung yang digunakan.

Coating yang digunakan ada dua macam, basah dan kering. Coating basah terbuat dari campuran tepung terigu, jagung, dan kentang dengan perbandingan 2:1:1 yang diberi air soda (kalau di Jerman air mineralnya bersoda, kalau di Indonesia mungkin bisa pakai air biasa ditambah satu sendok teh baking soda). Coating kering cuma tepung panir. Bumbu coatingnya sih sesuai selera lah. Bisa asin, manis, asem, tergantung yang dimasukin. Hehehe! Tapi intinya dengan adonan coating yang ini onion ring yang dihasilkan beneran kriuk kriuk.

Untuk bikin Onion Ring, sebenernya bisa pakai bawang bombay apapun. Tapi di Jerman, biasanya saya pakai Gemusezwiebel atau bawang bombay sayur. Ada tiga jenis bawang bombay disini speisezwibel atau bawang bombay yang biasa dipakai buat bumbu, gemusezwiebel yang biasanya dipanggang atau jadi bahan soup, dan rote zwiebel atau bawang bombay merah yang umum dipakai di salad. Saya pakai gemusezwiebel karena ukurannya besar besar, jadi ring yang didapet juga lebih tebal dan besar. Lihat aja gambarnya, cakep kan? :P

Onion Ring (Close Up)

Sayangnya saya belum berhasil nemu cara bikin onion ring yang dipanggang di oven. Pernah nyoba sendiri pakai coating untuk ayam tapi gosong. Mungkin karena onion ring nggak berminyak sih ya, nggak kayak ayam jadi pas dalam oven nggak ke"goreng". Yah pokoknya walaupun tetep jarang bikin karena males goreng-goreng, saya sudah nggak penasaran lagi sama onion ring yang kriuk kriuk kayak di restoran :D
Onion Ring
4. Sop Makaroni
Sop makaroni ini lebih karena sentimental makanan Indonesia aja sih, nggak ada kenangan khususnya. Jadi di Indonesia, atau jangan-jangan cuma di rumah saya saja ya, sup ayam atau daging kadang-kadang dikasih makaroni. Oke istilah kerennya macaroni. Walaupun setelah dipikir pikir macaroni ini kan udah pasta ya, tapi tetep kalau di Indonesia dimakannya pakai nasi. Soup yang saya bikin ini udah versi super nyelenehnya sih. Pertama pakainya fusilli bukan macaroni, dagingnya pakai sosis, dan sayurnya cuma daun bawang. Soalnya pas bikin saya pas belum belanja sayur. Habisan udaranya lagi dingin banget jadi males keluar. Di lemari pendingin adanya cuma terong sama zuchini. Kalau dipake kan lebih nggak nyambung ya?

Soup ini yang makan saya aja. Suami mah nggak doyan sup supan. Kecuali yang cream dan bisa dimakan sama roti. Versi yang ini saya kasih kuning tenor. Biar kenyang (halah). Untuk bumbunya kebetulan habis dikasih temen bumbu racik sop Indofood. Hahahaha! Ketauan ya pemalesnya :P 


5. Kroket Ayam
Kenangan tentang kroket ayam ini adalah yang paling random. Waktu SMP saya pernah ada tugas pelajaran Bahasa Indonesia untuk membuat kroket ayam sesuai resep yang tertera di buku pelajaran. Saya udah nggak tau lagi mana yang lebih random. Ada resep kroket di buku pelajaran bahasa Indonesia atau guru bahasa Indonesia saya yang niat banget ngasih tugas bikin kroket, padahal guru Tata Boga aja bahkan nggak kepikiran ngasih tugas goreng tempe. Tugasnya kelompok lagi. Hehe!
Alhasil suatu sore saya dan teman-teman berkumpul di rumah untuk bikin kroket. Sebenernya yang harusnya dapet nilai si mbak yang bantu di rumah sih. Soalnya dia semua yang masak :P

Ahnewei buswei kroket ini terbuat dari semua bahan yang enak : mentega, ayam, susu, keju, jamur, tepung, telor. Digoreng pula. Tapi versi yang saya bikin sendiri di Stuttgart saya kasih potongan wortel dan kacang polong. Biar sehat dikit (halah). Susunya juga saya usahakan pakai yang low fat. Takarannya mah ngarang aja, pokoknya prinsip saya bahannya udah enak hasilnya pasti enak. Hehe! Hasilnya nggak mengecewakan kok. Sempet dibawa buat bekel jalan-jalan bareng segala dan orang-orang yang makan bilang enak. Sampe ada yang minta resepnya. Pastinya si kroket ini udah kayak makan berat. Makan dua aja kenyang. Atau kalau kasus saya, makan 3 lah baru kenyang :P
Kroket Ayam
6. Pho 
Tahun 2010 saya backpacking dengan teman-teman ke beberapa negara di Asia Tenggara. Saat itu kami masih belum punya banyak uang. Sekarang juga sih, tapi dulu lebih nggak punya uang lagi. Hehe! Jadi setiap pengeluaran diupayakan sehemat mungkin. Ketika sedang di Ho Chi Min city, saya ingat kami ingin mencicip pho, makanan khas Vietnam. Masalahnya kebanyakan pho yang dijual menggunakan daging babi. Karena kebetulan di rombongan kami semuanya muslim, kami jadi tidak bisa makan. 

Akhirnya suatu saat kami menemukan restoran pho halal. Tapi mungkin karena halal, bagi kami saat itu, harganya jadi cukup mahal. Kalau tidak salah sekitar 6 USD/mangkuk. Setelah berembuk, daripada penasaran, akhirnya kami memesan 3 mangkuk. Untuk bersepuluh. 

Saya sudah tidak ingat rasa pho yang kami cicipi di Vietnam. Cuma ingat bahwa rasa tersebut belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ada rasa khas yang selalu saya temukan di masakan Thailand atau Vietnam. Cuma saya tidak tahu itu rasa apa. 

Sewaktu pindah ke Stuttgart, suami menunjukkan restoran Vietnam yang tidak menggunakan babi. Kami sering makan di sana kalau saya malas masak. Rasa pho-nya miriplah dengan pho yang saya rasakan di Vietnam. Belakangan saya baru tahu kalau rasa pho yang khas berasal dari daun koriander. 

Semenjak itu sudah beberapa kali saya mencoba membuat pho sendiri. Pakai resep yang gampang tentu saja, karena aslinya untuk memasak pho membutuhkan waktu yang lama. Rasa pho yang saya masak mungkin tidak sekaya rasa pho yang dijual di restoran, tapi lumayan mirip lah. Key point rasanya dapet. Walaupun kadang-kadang kalau saya meleng rasanya bisa jadi mirip rasa kuah bakso biasa. Yah phokoke enak lah :P  

Pho
7. Tahu Aci Tegal
Waktu kecil, saat lebaran keluarga saya biasanya melakukan perjalanan mudik dari Semarang ke Bandung. Agak tidak biasa memang, disaat kebanyakan orang melakukan perjalanan dari barat ke timur, kami malah berjalan dari timur ke barat. Salah satu hal yang saya ingat dari perjalanan ini adalah makan tahu aci tegal. Kalau tidak salah toko yang sering kami sambangi namanya tahu tegal "Murni". Toko ini seingat saya cukup terkenal, sehingga untuk membeli tahu kami harus mengantri beberapa saat. 

Dari tahu tegal sebenarnya saya paling cuka bagian Aci-nya. Tahunya sendiri sih sebenarnya biasa saja :P. Mengantri selama setengah jam, biasanya tahu yang dibeli habis dalam waktu kurang dari 10 menit. Hehe! 

Di Stuttgart saya baru dua kali membuat tahu tegal. Repot bikinnya. Apalagi tahu disini harus direbus dulu dengan bumbu supaya kuning dan berasa. Paling susah adalah bagian menempelkan aci ke tahu. Saking sebalnya karena adonannya lepas terus, akhirnya saya oleskan aci ke sisi tahu yang lebar, seperti terlihat di gambar. Selain supaya acinya lebih banyak juga supaya lebih gampang membuatnya. 

Adek saya sekarang menikah dengan orang asli tegal. Jadilah tahu Tegal ini juga makin sering muncul di kehidupan keluarga kami :D

Tahu Aci Tegal

Itu tentang makanan nostalgia saya. Akhir akhir ini banyak posting soal makanan ya? hehehe! Laper muluk mereun. Atau nggak ada kerjaan jadi yang dipikirin masak hahah :P








Read more ...