Wednesday, May 27, 2015

Sekarang Pilot Juga?!

Dulu waktu masih muda, a.k.a masih dibawah umur 25 tahun, saya suka sekali naik pesawat. Sama seperti kesukaan saya pada wahana permainan seperti roller coaster. Walaupun kalau pesawat jalannya kayak roller coaster jelas ngeri juga sih. Setelah umur 25 tahun saya mulai agak males naek pesawat. Tapi dulu lebih karena prosedurnya yang ribet seperti harus ke airport antri ini itu nunggu delay bosen duduk selama perjalanan dsb. Sekarang setelah makin tua alasan saya lebih memilih  pesawat adalah karena saya lebih males naek transportasi lain seperti kereta. 

Tahun 2014 dan 2015 banyak kecelakaan pesawat terjadi. Well, nggak semuanya murni kecelakaan sih. Macam macam penyebabnya. Mulai dari yang hilang seperti ditelan bumi, ada yang ditembak, ada yang dipasangi bom, ada yang karena salah komunikasi, dan yang terakhir gara gara Co-Pilot yang depresi.

Selama tinggal di Jerman saya lebih sering naik pesawat terutama lowcost airlines macam  Germanwings daripada kereta untuk pergi ke berbagai tempat. Seperti sudah saya katakan, harga tiket pesawat nggak jauh beda dengan moda transportasi lain dan waktu tempuhnya lebih cepat, jadi lebih efisien dalam hal waktu untuk menjelajah eropa. 

Saat mendengar Germanwings celaka karena Co-Pilot jujur hal yang ada dalam pikiran saya adalah, 
Sekarang saya juga harus khawatir dengan orang yang menyetir pesawat yang saya tumpangi?!!

Setelah segala ketakutan akan terorisme, akan kerusakan pesawat, akan kesalahan pemandu lalu lintas karena kelelahan, rudal rudal salah sasaran, belum lagi faktor eksternal seperti burung masuk ke baling baling pesawat, sekarang saya harus khawatir dengan kondisi Pilot juga? :|

Makanya sekarang setiap kali ada pengumuman oleh Pilot atau Co-Pilot saya selalu berusaha menganalisis. Kalau nadanya kurang ceria saya berdoa kencang-kencang supaya pilotnya gembira lagi. Kalau nadanya terlalu gembira saya berdoa kuat-kuat supaya di pilot beneran gembira bukan gila. Kalau nadanya biasa aja saya berdoa supaya semua si pilot beneran bahagia.

Anyway busway kalau saya terlalu takut naek pesawat atau sampai phobia saya nggak pergi kemana mana. Bahkan ekstrimnya nggak akan pulang ke Indonesia. Jadi ya mau gimana lagi dinikmati sajalah segala ketakutan setiap mau naik pesawat sambil berdoa semua bakalan baik baik saja. Anggap aja naek roller coaster. Jangan deh. Anggep aja naek kora-kora. Atau naek angkot Caheum Ledeng #LebihNgeri. Hehe!

Wallahu a'lam.


Read more ...

Wednesday, May 20, 2015

Saya pikir saya jenius bahasa...

...ternyata memang hanya ilusi.

Karena saya "terpaksa" harus bicara bahasa Jerman selama tinggal di sini, saya sampai sudah tidak bisa membedakan orang ngomong pakai bahasa apa.

Suatu hari di kereta saya dengar sekelompok orang bicara pakai bahasa "Jerman". Eh kok saya bisa paham apa yang mereka bicarakan. Saya pikir saya sudah dapat "pencerahan" bahasa yang akhirnya membuat saya ngerti bahasa Jerman. Setelah beberapa saat dengan takjub mendengarkan barulah saya sadar, bahwa mereka bicara pakai bahasa Inggris :|
Walaupun logatnya nggak biasa, tapi mereka cuma ngomong bahasa Inggris biasa. Pantesan saya mudeng.

Lain waktu saya sempet ngomong sama orang Jerman, karena dia ngomongnya cepet banget saya bilang pake bahasa Inggris aja deh, soalnya saya nggak mudeng-mudeng amat bahasa Jerman. Dia langsung protes bilang "But I'm talking in English!". Baru deh saya ngeh dia memang ngomong pakai bahasa Inggris walaupun dengan logat Jerman. Ya maap deh Pak bahasa Inggris saya juga terbatas. Hehe!

Jadi inget, waktu dulu pergi ke Disneyland Hongkong, pas lagi ngantri di belakang saya ada rombongan nenek nenek orang "lokal" yang ribut bicara. Karena ngantrinya agak lama dan mereka ngomong terus, mau nggak mau saya jadi mendengarkan. Lama lama saya kaget kok saya ngeh sama apa yang mereka omongin. Sudah sedikit berharap 5 hari di Hongkong dan terus-terusan denger bahasa Cina akhirnya bikin saya ngerti bahasa Cina dengan sendirinya.

Tapi setelah beberapa saat saya dengarkan dengan seksama barulah saya sadar. Itu nenek nenek bukan pada ngomong Cina tapi ngomong bahasa Jawa. Arek Suroboyo rupanya. Ealah :|
Read more ...