Monday, March 16, 2015

Herzliche Willkommen Im Dresden

Suatu malam di tengah kota Dresden. Walaupun sudah bulan Maret, suhu udara saat itu masih dingin menusuk. Kami memutuskan untuk membeli coklat putih panas di cafe Mc Donalds guna sekedar menghangatkan badan. 
"May I ask, where are you come from?", Sapa pelayan sambil sibuk meracik pesanan kami.
"Indonesia",  Jawab kami.
"Oh, I thought you are coming from Mexico"
"We've heard that before", kata kami sambil tertawa. Katanya orang Indonesia dan Amerika tengah memang sedikit mirip. Mungkin karena sama sama tropis. 
"First time here?", tanyanya lagi sambil masih sibuk menjalankan mesin pembuat minuman. 
"No, we've been here before. At Christmas."
"Achso. So here's your drink!", Sambil menyerahkan dua gelas coklat putih.
"Enjoy your time in Dresden. You're always welcome in here", lanjutnya saat kami pamit pergi.

Esoknya, di tengah kota Dresden diadakan lomba lari. Kami yang akan berjalan dari hotel menuju ke Residence Schloss (Istana) sempat kebingungan menyeberang jalan, karena lampu lalu lintas cuma berkedip kedip kuning. Sebenarnya kalau nekad nyebrang sih bisa, namanya juga orang Indonesia. Hihihihi! Tapi kalau ternyata salah terus dimarahin orang kan males. 

Seorang kakek-kakek mengamati kami. "Nyebrang?", tanyanya dalam bahasa Jerman. Kami mengangguk. 
"Kommt!", katanya sambil memberikan sinyal untuk mengikutinya. 
Kalau udah sama orang lokal sih biasanya kami ngikut ngikut aja. Paling enggak kalau ada orang lain yang marahin ada yang bisa jelasin. Setelah memimpin kami menyeberang beliau cuma melambaikan tangan untuk menyuruh kami melanjutkan perjalanan. Harusnya kami ya yang bantuin kakek kakek, bukannya malah dibantuin nyebrang :P

"Gutten tag" Sapa petugas pemeriksa tiket di kereta yang membawa kami ke bandara, untuk pulang ke Stuttgart.
"Sprechen Sie Deutsch?" Bisa bahasa Jerman?. "Sedikit" Jawab kami.
"Fliegen Sie nach hause?" Kalian mau terbang pulang?
"Ja, Nach Stuttgart" Iya, ke Stuttgart.
"Wie finden Sie Dresden? Gimana pendapat kamu tentang Dresden?
"Sehr Schon", Jawab kami. Sangat bagus.
"Gut!Ich freue mich. "Bagus, saya senang.
"Dann, aufwiedersehen.", Lanjutnya menutup pembicaraan sambil tersenyum. Cukup lebar untuk ukuran orang Jerman yang tidak kenal :P
Setelah beliau pergi saya dan suami cuma saling berpandang-pandangan. Lucu lucu juga orang Dresden ini. 

Saat kami datang ke Dresden adalah saat marak Demo Pegida. Pegida adalah gerakan anti Islam. Well sebenernya gerakan anti imigran. Tapi karena kebanyakan imigran muslim jadilah gerakan anti muslim. Dresden yang dulunya merupakan bagian dari Jerman timur, adalah pusat Pegida. Sebenernya orang-orang yang ikutan demo Pegida ini banyak yang tinggalnya tidak di kota Dresden, melainkan di kota-kota lain di sekitar Dresden. Tapi seluruh daerah jadi kena getah dianggap anti Islam. Dua hari sebelum kami datang ke Dresden ada demo pegida besar-besaran di tengah kota Dresden. Menurut berita malah sampai rusuh segala. Sempat khawatir akan hal itu, kami sebetulnya ragu-ragu untuk datang. Tapi karena tiket sudah dibeli dan hotel sudah dibayar, akhirnya kami tetap nekad. 

Ternyata setelah sampai di Dresden sendiri, kami tidak perlu khawatir. Tidak semua orang menyetujui tindakan Pegida. Masih banyak orang yang menyambut baik kedatangan orang asing atau orang Islam. Seperti dicontohkan oleh abang abang McD, kakek-kakek, dan petugas kereta yang kami temui saat itu :D

Nampaknya kota Dresden sendiri juga berusaha keras untuk merubah image anti orang asing yang selama ini melekat. Seperti yang terlihat dengan adanya slogan-slogan yang mengajak untuk tidak anti asing. Karena bagaimanapun juga, mereka yang akan merasakan kerugian paling besar jika tidak ada orang asing yang mau datang.
Es ist leichter einen Atomkern zu spalten als ein Vorurteil (Albert Einstein).
Lebih mudah memisahkan inti atom daripada menghilangkan prasangka (Albert Einstein).

Das Land, das di Fremden nicht beschutzt, geht bald unter.
Negara yang tidak didatangi bangsa sing, akan segera sirna.


Semperoper. Gedung opera dimana halamannya selalu menjadi tempat demo Pegida.
Fur ein welt-offenes Dresden.
Untuk Dresden yang terbuka bagi dunia.


No comments:

Post a Comment