Friday, August 22, 2014

Gara Gara AirAsia

Ketika membaca mengenai kompetisi blog 10 tahun AirAsia Indonesia berhadiah jalan jalan ke Nepal, sesungguhnya saya ingin menulis suatu kisah yang "wow". Kisah yang bisa menginspirasi atau paling tidak membuat orang yang membaca berkaca-kaca. Motivasi yang aneh saya tahu. Haha! Sayangnya saya tidak punya pengalaman yang luar biasa. Saya, seperti banyak orang lainnya, adalah orang yang kebetulan bisa pergi ke luar negeri pertama kali gara gara adanya AirAsia. Ini cerita saya :D

Salah satu impian pertama yang saya ingat adalah pergi ke luar negeri. Tentu saja bukan karena Indonesia tidak menarik, mengingat saya sudah pernah pergi ke 31 Provinsi di Indonesia dan sangat menikmati perjalanan saya ke semua daerah tersebut. Tapi entah kenapa, gambaran mengenai negeri-negeri asing di belahan bumi lain selalu menarik minat saya.

Keinginan untuk bisa melihat negeri negeri asing begitu besar sehingga waktu masih duduk di bangku sekolah dasar saya sempat memiliki cita-cita menjadi detektif atau wartawan perang. Sesederhana karena detektif dan wartawan perang di buku buku cerita yang saya baca selalu pergi ke tempat tempat seru di luar negeri. Kedua cita cita tersebut kandas bahkan sebelum berlayar karena semakin saya besar saya menyadari saya terlalu sembrono untuk menjadi detektif dan bahwa perang di dunia nyata hanyalah menimbulkan penderitaan sehingga daripada menjadi bagian dari peliput perang, saya lebih ingin semua perang berhenti.

Dalam pikiran saya saat masih kecil, menjejakkan kaki di luar negeri adalah suatu keistimewaan yang hanya bisa saya impikan. Karena saat itu menurut saya, orang yang bisa pergi keluar negeri hanyalah orang-orang kaya, orang-orang pintar, atau orang yang akan naik haji. Maklum gambaran mengenai luar negeri biasanya saya dapatkan dari televisi, buku cerita, kabar saudara yang pergi karena dikirim oleh kantor, cerita anak anak berprestasi yang diundang ke luar negeri karena pintar melukis atau pintar matematika, atau kisah-kisah yang disampaikan para orang-orang tua selepas pulang naik haji.
Karena saya tidak termasuk golongan orang-orang yang saya pikir bisa pergi ke luar negeri, impian untuk melihat negara lain hanya dapat saya genggam erat erat, sampai akhirnya kesempatan itu datang dengan sendirinya pada saat saya beranjak dewasa, literally karena kehadiran AirAsia Indonesia.

Tahun 2009. Saat itu saya bekerja di suatu kantor bersama dengan beberapa orang teman sebaya. Semuanya sudah lulus kuliah dan semuanya sedang galau mencari makna kehidupan (halah!). Beban pekerjaan yang cukup berat (baca: membosankan) membuat kami semua memiliki pikiran yang sama untuk melakukan suatu petualangan.

AirAsia Indonesia kala itu merupakan maskapai penerbangan baru di Indonesia yang sedang gencar-gencarnya melakukan promosi. Bagi kami, yang berkantong cekak tapi tentu sudah merasa malu untuk meminta uang orang tua hanya untuk jalan jalan, promosi AirAsia bagai pembuka jalan untuk melakukan petualangan. Sedangkan bagi saya sendiri promosi AirAsia bagaikan angin segar yang menghembuskan harapan saya setinggi mungkin untuk dapat menginjakkan kaki di negara orang.
Saya ingat, hampir setiap saat, ketika kebosanan bekerja semakin melanda, yang kami lakukan adalah membuka website AirAsia dan memperhatikan promo yang tercantum. Sayangnya, tanpa ada keberanian untuk mengajukan cuti, karena masih berstatus karyawan baru dan saldo tabungan yang masih mengkhawatirkan, semua tawaran hanya kami amati tanpa berani membeli.

Sampai akhirnya pada bulan September 2009, teman saya dengan gembira memberi kabar bahwa ada promo AirAsia ke Malaysia, Vietnam, Thailand, yang biaya tiketnya, kalau dihitung-hitung hanya menghabiskan Rp. 800.000 per orang. Murah! Bahkan untuk dompet tipis kami.

Dengan cepat kami mengkalkulasi kemungkinan cuti, rute, dan itinerary. Sebelas orang, termasuk teman-teman dari luar kantor, menyatakan akan ikut serta. Sepuluh hari perjalanan. Dengan rute Indonesia – Malaysia – Vietnam – Kamboja – Thailand – Indonesia.

Bulan Maret 2010, 6 bulan setelah pembelian tiket, perjalanan kami terlaksana. Hanya bersepuluh, karena satu teman, yang sudah diterima kerja di tempat lain, tidak bisa ikut serta.

Sepuluh hari petualangan di empat negara ASEAN tersebut ternyata menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Membawa kelengkapan layaknya para backpacker yang ada di majalah majalah : tas punggung, sepatu gunung, tas pinggang, tas badan tempat menyimpan passport dan uang, topi dan sebagainya (salah satu teman bahkan membawa kompor portable), saya dan teman-teman menyusuri jalan-jalan di Kuala Lumpur, Ho Chi Minh City, Phnom Penh, Siem Reap, dan Bangkok.

Perjalanan yang sangat menyenangkan! Bahkan saking menyenangkannya hingga berapa lama setelah kami tiba kembali di tanah air, kami masih memantau promosi-promosi AirAsia, mencari kesempatan untuk kembali melakukan perjalanan bersama. Keinginan yang tidak pernah kesampaian karena satu persatu dari kami mengundurkan diri dari kantor dan menampuh jalan hidup masing-masing.

Bagi saya pribadi, momen jalan-jalan bersama teman-teman tersebut merupakan momen awal tercapainya mimpi masa kecil saya.

Saya masih mengingat semua perasaan saat berada dalam penerbangan pertama saya ke luar negeri; saat pesawat tinggal landas, saat berada di dalam pesawat, saat pilot mengumumkan pesawat akan mendarat di Kuala Lumpur, dan saat pesawat benar benar telah mendarat. Akhirnya saya ada di luar Indonesia! Saya yakin, senyum yang saya tampilkan saat itu, selebar senyuman pemenang Olimpiade.

Walaupun sebelumnya sudah berkali kali naik pesawat, dan Kuala Lumpur, sebagai kota pertama di luar negeri yang saya kunjungi, tidak jauh berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, tapi perasaan berada di tanah asing yang menyelusup ke hati membuat saya gembira.

Perasaan gembira yang saya rasakan karena bisa berjalan-jalan di negeri orang membuat saya cukup ketagihan. Setelah perjalanan tersebut, beberapa kali lagi saya melakukan perjalanan ke luar negeri. Kebanyakan menggunakan AirAsia, termasuk perjalanan bulan madu saya ke Singapura dan Hongkong, yang tentu saja dilakukan hanya berdua dengan suami. Yaaa masa bulan madu ramai ramai. Hehe!

"Impian saya tercapai gara gara AirAsia". Itu jawaban saya atas pertanyaan " Bagaimana AirAsia mengubah hidupmu".

Bagaimana tidak? coba bayangkan jika AirAsia tidak memutuskan untuk menjadi maskapai penerbangan berbiaya rendah, membuka AirAsia Indonesia, dan melakukan promosi besar-besaran, pasti cerita perjalanan saya bersama teman-teman di atas tidak pernah terjadi dan impian saya untuk pergi ke luar negeri pasti lebih lama tercapai.

Oleh karena itu dari hati yang terdalam saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun yang ke-10 untuk AirAsia Indonesia. Semoga semakin jaya. Terimakasih karena sudah membantu mewujudkan impian saya :D



Catatan : 
Mengunjungi Nepal ada di bucket list saya. Kalau mau membantu sekali lagi mewujudkannya, saya terima dengan senang hati loh. Hehehe!
Read more ...

Sunday, August 17, 2014

Lagu Tanpa Judul Tentang Kita

Note : 
Pencipta lagu ini terdiri atas tiga jagoan : Almus sang - sudah jelas - jagoan gitar sebagai pencipta nada, saya si - belum jelas dan terbukti tapi yaudahlah ya- jagoan ngarang sebagai pencipta lirik, dan Vidi sang -sudah terbukti- jagoan teori musik dan performance sebagai penyanyi utama dan produser (baca : penengah kalau pencipta lirik dan nada berantem). 
Waktu lagu ini diciptakan, sedang masa-masa wisuda S1 dan lagi sedih sedihnya karena harus pisah sama teman teman. Oleh karena itulah liriknya sedikit banyak suram, walaupun tentu saja belum menyaingi lirik lirik pedih Kerispatih, dan nadanya kebanyakan dibentuk oleh not not minor. 

Sayangnya lagu ini tidak pernah diliris secara resmi, sehingga jelas tidak pernah merajai chart tanah air dan mencuri kepopuleran dari Noah (padahal waktu lagunya diciptain Ariel lagi dipenjara). 

Yayayaya baiklah,  kita sudahi saja omongan ngawur ini.

Jikalau ada yang penasaran dengan wujud utuh lagu ini, karena yang inget nada lagu ini cuma Almus, tunggu Almus berbaik hati merekam lagu ini. Hehe!


Diposting dalam rangka 10 tahun TI ITB 2004.
Oleh NIM 13404033

Di persimpangan ini
Kita bertemu untuk suatu masa 
Di perjalanan hidup

Walau kadang bertentangan
Kadang tak sepaham
Kaulah yang buatku bertahan


Reff:
Tak pernah kupikir
Akan sulit mengenggam tanganmu
Saat takdir menjemput
Membawa kita
Ke jalan yang berbeda

Air mata hari ini
Tawa tuk masa lalu
Mimpi masa depan akan kukenang

Air mata hari ini
Tawa tuk masa lalu
Mimpi masa depan akan kukenang


Saat langkahku tersendat
Realita hidup ku yakin kan kurindu
Masa bahagia itu

Saat segalanya mudah
Dan kau disisiku
Bantuku berdiri saat jatuh

Tak pernah kupikir
Akan sulit mengenggam tanganmu
Saat takdir menjemput
Membawa kita ke jalan yang berbeda.

Akankah bayanganmu memudar
Saat waktu berjalan
Menghapuskan jejak kita....


Read more ...

Saturday, August 9, 2014

Mengejar Mona Lisa

Bisa dibilang Mona Lisa adalah rock star dari Museum Louvre.
Semua orang yang datang kesana, berusaha mengambil fotonya, sebagai bukti kalau mereka sudah benar-benar pernah sampai di Louvre. Atau Paris. Atau Perancis. Atau Eropa.
Menyaksikan sendiri jumlah orang yang berusaha melihatnya, kalau ada yang bilang Mona Lisa adalah lukisan paling terkenal di seluruh dunia, saya bisa mengangguk angguk dengan sepenuh hati. 
Mona Lisa (Sumber : Wikipedia)
Perjuangan  mengambil foto lukisan Mona Lisa sepertinya bisa disamakan dengan perjuangan untuk naek bis Trans Jakarta di hari kerja saat rush hour. Desek desekan, sikut sikutan, dorong-dorongan. Sudah heboh begitupun kita tidak bisa mendekat ke lukisannya. Ada jarak sekitar 1.5 meter memisahkan kerumunan dengan lukisan tersohor tersebut. Belum lagi 5 orang penjaga yang sigap mendorong pengunjung yang terlalu antusias untuk menjauh. Presiden aja kalah deh. Sigh! percayalah, kalau ada yang kesana dengan niat tulus untuk mengamati lukisan Mona Lisa, mendingan amati saja senyum sang nona/nyonya  sepuasnya dari kartu pos atau magnet kulkas. Apalagi kalau punya rabun jauh. Soalnya dijamin nggak akan kelihatan apa-apa :)))
Potret lukisan Mona Lisa yang diambil setelah heboh sikut sikutan. Ada untungnya juga badan saya lumayan tinggi dan besar. Ini diambil pake jinjit dan pake zoom 5x. Hehehehe!

Ketika saya ke sana liburan musim panas kemarin, ada puluhan orang (biasanya bahkan ratusan) berdesakan di depan lukisan tersebut. Bayangkan! luas area Louvre 60.660 meter persegi. Tapi sebagian besar pengunjung berkerumun di ruangan seluas kira kira 50 meter persegi untuk mengambil foto lukisan yang besarnya tidak sampai 1 meter persegi. Sedikit agak sia sia gitu deh 60.610 meter persegi sisanya.
Antrian untuk melihat Mademoiselle Mona Lisa di bagian so called Italian Painting. Kayaknya mending disebut ruang Mona Lisa dan kelengkapannya aja deh.
Soalnya lukisan yang lain nggak ada yang peduliii :)))
Saya tahu kebanyakan orang, terutama turis asal Asia (sayah termasuk), berjuang mengambil foto Mona Lisa dengan tujuan posting di social media. Hahaha! Sudahlah sudah soal ini akui sajalah. Saya sih nggak yakin banyak yang sampai segitunya  menjepret foto Mona Lisa dengan tujuan "cuma" untuk koleksi hari tua.

Padahal dengan titel museum terbesar di dunia, Louvre masih memiliki banyak lukisan atau barang-barang seni lain yang, menurut saya, social media worthy:  instagramable, pathable, twitterable, facebookable, dan able able lainnya. Seperti patung-patung, sphinx, piring-piring dinasti Ming, meja kursi, dan sebagainya dan sebagainya. Walaupun begitu, tetap saja Mona Lisa yang paling banyak diburu. 

Yah, tidak perlu heran heran amat sih kenapa orang lebih memilih berdesakan foto dengan Mona Lisa daripada dengan leluasa bebas sentosa berpose dengan piring Dinasti Ming (sambil koprol juga boleh asal nggak nyenggol :P). Secara piring Dinasti Ming bisa saja dimiliki oleh nenek seseorang sehingga kalau sedang berkunjung ke rumah neneknya orang tersebut bisa foto-foto sepuasnya,  sementara semua orang di dunia tahu Mona Lisa hanya ada di Louvre. Sehingga dengan menjepret Monalisa, tak ada keraguan lagi bahwa kita pernah menginjakkan kaki di sana. 
Dengan begini, sah lah eksistensi saya di Louvre. Please don't mind my "exceptional"  idung. ya gimana dong, cuma bisa segitu fotonya :)))
Read more ...