Tuesday, May 14, 2013

Pertanyaan Ora Uwis Uwis : Penjelasan Teoritis


Pertanyaan ora uwis uwis semacam : Kapan nikah? Udah hamil? Udah kerja? Kapan lulus dan variasinya memang menyebalkan. Tapi setelah dipikir pikir pertanyaan-pertanyaan itu (mungkin) cuma cara orang (orang Indonesia terutama) buat memulai percakapan. Ini saya (coba) kasih penjelasannya :

Pertanyaan ora uwis uwis biasanya muncul di perkumpulan perkumpulan orang yang harusnya sih akrab tapi nggak seakrab itu. Misal kumpul keluarga besar atau arisan RW atau perkumpulan heterogen lainnya. Kodrat alami orang Indonesia adalah basa basi. Karena nggak ngajak orang lain ngomong saat kumpul kumpul (masih) dianggap nggak sopan. Mau bilang kuno? Nggak tau privacy? njelehi? Yaaaa...namanya juga udah budaya, mau gimana lagi :)))

Nah masalahnya memulai percakapan dengan orang yang kenal kenal nggak kenal itu rada susah. Bagus sih kalau kenal nggak kenalnya ada di komunitas yang sama, atau yang homogen, dijamin, percakapan pasti nggak akan dimulai dengan pertanyaan ora uwis uwis. Tapi kalau kenal nggak kenalnya di lingkungan yang heterogen? Nah itu yang jadi masalah.

Bayangin kita ikut (terjebak) ngumpul sama tante-tante, yang udah mah beda generasi, beda pula pengalaman hidupnya, pasti pertanyaan ora uwis uwis akan banyak terlontar.

Contohnya saya yang kerjaannya professional freelancer (halah) kumpul sama ibu ibu RW. Ya pasti kemungkinannya amat sangat kecil untuk tante tante itu memulai percakapan dengan : “ Jadi penelitian Green IT kamu apa hasilnya?” atau “Gimana proyek ERP kemarin?” Secara mereka nggak tau Green IT dan boro boro tau ERP itu eksis, yah kecuali mereka dulu kerja di perusahaan IT.

Makanya daripada bengong, dan takut saya ngerasa dicuekin, mereka pasti nanya : “Gimana, udah hamil belum?” yang adalah termasuk pertanyaan yang gampang diajukan dan pasti dimengerti oleh kedua belah pihak. Walaupun itu termasuk pertanyaan ora uwis uwis yang menyebalkan.

Pertanyaan ora uwis uwis nggak hanya muncul saat kumpul kumpul. Pertanyaan ini juga muncul di telepon. Contohnya saudara jauh saya kemarin tetiba menelepon menanyakan hotel di dekat kampus. Pertanyaan pertama setelah mengucapkan salam adalah : “Gimana sudah hamil belum?”.

Karena buat kebanyakan orang Indonesia, nanya atau minta tolong ke kenalan tanpa basa basi itu masih dianggap nggak sopan, makanya si oom memulai percakapan dengan pertanyaan ora uwis uwis, karena oom nggak tau lagi mau basa basi apa ke saya. Coba saja si oom tau saya sedang nungguin buku Dan Brown pasti oom itu bakalan nanya : “Udah baca belum buku Dan Brownnya, seru nggak?” yang pasti akan lebih menyenangkan untuk dijawab daripada pertanyaan ora uwis uwis.

Nah jadi sekarang buat yang sebel karena selalu diberondong pertanyaan ora uwis uwis, coba liat si penanya dan pertanyaannya dari perspektif lain. Sebagian besar dari mereka bukan mau sok ingin tau, cuma nggak tau mesti ngomong apa. Sebagian kecil lainnya, yaaahhh harus diakui memang menyebalkan, apalagi kalau mulai banding-bandingin sama anaknya atau si ini si itu atau memberikan tips ini itu. Kalau menghadapi orang yang sebagian kecil begini sabar sabar saja yaaa, badai pasti berlalu (halah) atau kalau mau rada ekstrim coba ganti tanya si penanya menyebalkan tentang ERP atau Green IT. Pasti mereka muncur teratur :))))
Read more ...

Monday, May 13, 2013

Oh...Cuma Kelingking...


Ceritanya hari itu saat mau naik angkot jari kelingking kaki saya kepentok kursi. Kukunya patah dan ada luka sobek. Saya kurang paham seberapa parah pokoknya cukup berdarah darah.

Karena takut kenapa kenapa (yah bisa jadi toh patah?) atau infeksi (eh ada loh orang yang meninggal gara gara jarinya infeksi) saya langsung memutuskan untuk turun di klinik dokter.

Dan saya baru tau kalau ke dokter gara gara luka kelingking itu nggak umum di Indonesia.

Saya datang dengan pincang-pincang ke ruang periksa. Seorang resepsionis menyapa saya, sebelum saya menjelaskan dia sudah berkata kalau semua dokter sedang tidak ada. Sedang keluar. Kemudian dia bertanya saya sakit apa?
Saya bilang kelingking kaki saya luka sambil menunjukkan kelingking saya yang berdarah darah. Si resepsionis melongok melihat kelingking kaki saya. Kemudian  berkomentar “OH. ...CUMA KELINGKING” (yang miring nggak diucapkan, tapi saya tau ekspresinya) sambil kemudian menatap saya bingung. Ini orang pasti nggak pernah denger cerita ada orang meninggal gara gara jarinya infeksi. Akhirnya si mbak mbak resepsionis menyarankan saya untuk pergi ke praktek dokter yang lain. Sedikit lebih jauh. Udah. Gitu doang. Tawarin plester kek, kapas kek, tissue, spirtus, air putih, teh manis anget. Halah. - -“

Karena ditolak saya beralih ke praktek dokter lain. Masih sambil pincang pincang saya mendatangi resepsionis. Resepsionis menanyakan pada saya, sakit apa? Saya jawab kelingking kaki saya luka, sambil menunjukkan si jari yang berdarah darah. Si resepsionis cuma melongo sambil berkata “OH...CUMA KELINGKING” (yang miring lagi lagi tidak diucapkan, tapi saya tau ekspresinya). Sungguh deh harusnya resepsionis praktek dokter dikasih lihat berita orang meninggal gara –gara infeksi jari. Kemudian si resepsionis menjelaskan kalau dokter umum praktek baru 1 jam lagi, yang sekarang adanya dokter gigi. Karena saya yakin bor dan tambalan dokter gigi tidak akan menyelesaikan masalah, maka saya memutuskan untuk pindah ke klinik dokter lain. 

Masih dengan kelingking berdarah darah saya menghampiri resepsionis klinik lain. Lagi lagi saya dapat komentar “OH...CUMA KELINGKING” ketika menjelaskan saya sakit apa. Untung saya sudah kebal. Untung lagi klinik yang ini dokternya ada. Saya masuk ke ruang dokter dengan pasang muka : “IYE IYE INI CUMA KELINGKING, TAPI SAKIT TAUK” ternyata si dokter lebih pengertian dari para resepsionis. Ya iyalah dokter pasti tau kalau ada orang mati gara gara infeksi jari. Yadayadayada.

Yah pokoknya singkat cerita begitulah. Akhirnya kelingking saya mendapat perawatan yang semestinya. Dibersihkan lukanya, dicabut kuku yang rusak, dijahit yang sobek. Diperban, dsb dsb. Sayang teh manis nampaknya khusus buat yang pingsan. Jadi saya nggak dikasih. Yayayaya.

Setelah selesai saya menunggu obat diluar. Seorang ibu duduk disebelah saya. Basa basi dia bertanya : sakit apa neng? Saya menjelaskan kalau kelingking saya luka sambil menunjukkan kelingking yang sudah terbungkus perban. Dan lagi lagi saya mendapat respon “ OH...CUMA KELINGKING” (yang miring lagi lagi tidak diucapkan. Tapi saya sudah hapal benar ekspresinya).

SIGH!!

APA SALAHNYA SIH KELINGKING LUKA TERUS KE DOKTER??? - -“
Pada nggak pernah nonton ER ya? - -“

Read more ...