Sunday, March 24, 2013

Butiran Debu. Di Kamar Mandi.


Saya sedang di kamar ketika ibu mertua yang sedang ada di kamar mandi sebelah tiba tiba berteriak memanggil saya.

Ibu        : "Kakak! Are you there? Sini dong sebentar."
Saya      : "Apa Bu?" (sambil menuju depan pintu kamar mandi)
Ibu        : (buka pintu sedikit) "Depannya lagu butiran debu gimana?"
Saya      : "He? Hmm.. Namaku cinta ketika kita bersama" (sambil nyanyi)
Ibu        : "Oh iya, oke. Thanks". (Tutup pintu, kemudian mulai nyanyi Butiran Debu dengan gembira)
...
...
...
...
Sampai selesai mandi juga masih nyanyi loh. Yayayaya. 
Read more ...

Alaine


Sepupu kecil saya datang kerumah tadi malam. Datang-datang dia langsung nempel-nempel sama saya.

Shawny  : You remind me of my friend Alaine.
Saya      :  Why?
Shawny  : You calm, funny, and.... fluffy.
Saya      : Haha. Thank you.
...
...
Saya      : Hmmm. Wait, fluffy? What do you mean by fluffy? Alaine is fluffy?
Shawny  : Yes..of course she’s fluffy, she’s a Tedy Bear.
Saya      : -_________-“

Oh pantesan ni anak nggak berhenti meluk meluk saya.  Ternyata saya mirip Tedy Bear.
Yadayadayada.

Read more ...

Saturday, March 23, 2013

Mitos


Kemarin salah satu bibi yang kerja di rumah mertua menikahkan anaknya. Setelah pesta besoknya bibi menitipkan uang hasil sumbangan tamu ke rumah mertua. Karena kata bibi di rumahnya nggak aman.

Bibi bilang mau nitip Rp. 5.000.000,-.

Karena ibu mertua lagi keluar kota, dikasihnya  itu uang ke ayah mertua. Dalam keresek. Hitam. Sudah dibundel bundelin jadi 5 bundelan yang nggak karuan.

Maksudnya nggak karuan, dalam satu bundel uangnya tercampur campur. Berbagai macam lembar bersatu padu di tiap bundel.

Tanpa ba bi bu atau ngitung dulu, ayah langsung nyimpen itu uang di lemari kamar.

Besoknya, Ibu mertua datang dari luar kota. Karena orangnya perfeksionis, lihat lembaran-lembaran uang nggak karu karuan di keresek jadi sebel.

Diambilnya uang itu, dirapih rapihin. Disatu satuin pernilai lembar. Pas dihitung ternyata uangnya cuma ada Rp.4.500.000.-.

Besoknya Ibu mertua panggil bibi.

Ibu     : “Lih, itu uangnya cuma ada empat juta lima ratus rebu, yakin kamu nggak salah itung?”
Bibi    : “Engga bu, orang saya ngitungnya udah bertiga. Berkali kali pulak.”
Ibu     : “Tapi nyatanya itu uang kurang lima ratus ribu. Nggak mungkin kan bapak atau ibu yang ambil.”
Bibi    : “Hmmm..”
...
...
...
Bibi    : “Wah ini pasti kerjaan tuyul Bu. Memang, ada yang melihara tuyul deket rumah saya. Pasti malam habis pesta kemarin tuyulnya datang ke rumah saya.”
Ibu     : ...
Bibi    : “Padahal uangnya udah saya simpen di keresek hitam. Dikasih tulisan ayat kursi. Katanya begitu aman dari tuyul”
Ibu     : ...
Bibi    : “Saya pinjam uangnya dulu Bu”
Ibu     : “Buat?”
Bibi    : “Mau disimpen dalam Alquran. Tuyulnya udah makin sakti. Nggak mempan kalau ayat kursi aja. Jadi biar aman harus disimpen dalam Alquran. Ntar kalau udah dititp lagi ke Ibu”
Ibu     : ...
...
...

Bibi yang udah tinggal puluhan tahun di kota aja masih percaya mitos. Gimana yang tinggal di desa ya O_o
Read more ...

Sunday, March 17, 2013

Barang Titipan


Kali ini saya ke Singapura. Cuma 15 jam. Dengan 3 barang titipan yang harus ditemukan: Deodorant Stick Paco Rabanne Non Alcohol, Obat batuk  Robitussin buat batuk berdahak, dan Tas besar merah maroon dengan harga kurang dari 400$US.

Begitu sampai Singapura langsung mengarahkan kaki ke Orchard. Dengan keyakinan semua barang itu bisa ditemukan disana.

Karena paling gampang cari obat batuk, begitu sampai kawasan Orchard saya langsung cari Guardian.
Jujur saya baru kali ini beli obat di luar negeri. Soalnya biasanya bawa obat sendiri dari Indonesia. Kan orang pinter kita! Hehe!
Dipikir gampang aja tuh beli obat. Orang obat batuk biasa. Ternyata susah susah gampang juga.

Di Guardian pertama yang saya temukan, dengan percaya diri langsung menuju ke konter obat obatan. Btw, ternyata kalau di luar negeri konter obat obatan di Guardian ada apotekernya. Baru tau saya. Karena oom yang nitip cuma bilang buat batuk berdahak, ya saya cuma bilang “mau beli Robitussin buat batuk berdahak satu”. Eh si mbak apoteker langsung nyerocos, mau warna apa? Ada beberapa warna Robitussin yang buat batuk berdahak. Biru buat batuk berdahak disertai sesak nafas, Kuning disertai sakit dada, ijo disertai ingusan kental, hitam  buat batuk berdahak yang saking hebatnya sampai bikin nggak bisa tidur, dan masih panjang lagi penjelasannya, sampai udah nggak saya dengerin lagi saking  nggak mudengnya. Secara kalau di Indonesia obat orang pintar mengobati segala batuk yang saya punya, nggak peduli disertai apa. Nyah nyah.
Lebih salah lagi saya bilang kalau obat batuk ini buat orang lain, tambah panjang tuh penjelasan si mbak apoteker. Punya alergi nggak? Darah tinggi? Masih menyusui? Ambeyen? Buset dah,  batuk aja harus mikirin ambeyen. Akhirnya karena bingung, saya permisi sama si mbak mbak apoteker mau nanya sama yang nitip dulu.  Padahal sih kabur. Haha!

Berbekal pengalaman, saya datang ke Guardian yang kedua, langsung dengan pedenya minta Robitussin yang warna hijau. Sembari bilang selalu minum itu obat kalau lagi batuk. Nggak punya alergi, darah tinggi, atau ambeyen, dan nggak lagi menyusui. Langsung deh dikasih obatnya. Ini namanya berbohong demi kebaikan :P

Berhasil dapat satu barang titipan, saya lanjutkan pencarian ke Deodorant Paco Rabanne.

Bisik bisik tetangga dan oom Google, di Tangs Orchard ada stand Paco Rabanne. Sudah jalan dengan yakinnya, sampai di Tangs ternyata nggak ada yang namanya stand Paco Rabanne. Tidak menyerah dengan keadaan saya puterin deh itu toko. Khusus untuk bagian kosmetiknya saya puterin sampai 7 kali. Udah mirip tawaf lah. Jalan bolak balik bolak balik, stand Paco Rabanne tetap nggak bisa ditemukan. Nanya ke orang-orang disana jawabannya "I’m not sure" melulu. Sampai saya yakin stand Paco Rabanne ini sejenis kamar keinginan di Harry Potter. Harus punya keinginan kuat buat menemukannya.

Akhirnya setelah orang orang mulai ngeliatin saya dengan curiga karena bolak balik tanpa juntrungan, saya pun memutuskan untuk menyerah. 
Sungguh, baru kali ini saya tau, cari obat ketek doang bisa sesusah itu. 

Pencarian titipanpun kemudian saya arahkan ke barang selanjutnya.Tas besar merah maroon.

Secara saya kalau beli tas nggak pernah lebih dari 500 rebu, saya pikir 400US$ udah banyak buat sebuah tas dan saya akan punya banyak pilihan. Jadi saya pede aja gitu melangkah ke arah stand tas yang rada canggihan. Dari kejauhan lihat tas merah maroon. Langsung menuju ke arah si tas dengan sigap. Pegang pegang dikit, tanya harganya. 5.623$SG. *Pengsan*
Padahal biasa aja itu tas. Dijualnya juga di toko biasa. Maksudnya toko biasa tuh semacam departement store biasa aja. Ditaruhnya juga gitu aja di rak. Tanpa penjagaan khusus. Gah! apa kabarnya ya harga tas di toko toko yang penjaganya pakai jas plus sarung tangan dan tas – tas dagangannya bahkan nggak keliatan?

Langsung saya mundur teratur kearah tas tas diskonan.

Tapi nampaknya nasib baik belum berpihak pada saya. Atau tas merah maroon memang lagi nggak jaman?. Sudah muter muter di beberapa mall sampai kaki saya pegel, nggak ada satupun tas yang cocok. Akhirnya, setelah hampir 3 jam di Orchard, pencarian barang titipan saya hentikan.

Kecewa dengan mall, tanpa ba bi bu saya langsung menuju ke arah Gardens By The Bay di kawasan Marina Bay. Biarin deh yang pada nitip sedikit kecewa. Daripada waktu saya habis cuma untuk nyari obat ketek doang, mendingan saya lari larian di taman. Lebih menarik. Hehe!

Foto : Cloud Forest - Gardens By The Bay Singapore
(Aslinya jauh lebih bagus dari ini. Bapuk aja ini sih kameranya. Haha!)


Read more ...