Saturday, January 7, 2012

Saya versus Perokok

Kerja dikelilingi perokok-perokok berat. Di rumah juga ada perokok berat. Pagi, siang sore, malam, kamar saya bau asap rokok.

Bau. Saya tidak suka asap rokok. Peduli amat deh sama yang bilang saya nggak toleransi. Orang yang ngerokok juga nggak toleransi. Kalau saya sakit gara-gara jadi perokok pasif, memang ada yang perokok di sekitar saya yang mau tanggung jawab? mengakui kesalahan? bla bla. Jadi terserah saya dong mau suka atau nggak suka sama perokok.

Dari dulu saya nggak mau punya suami perokok. Alhamdulillah calon suami saya bukan perokok dan tidak pernah merokok. Pernah ada perokok berat yang bilang sama saya, "lihat aja, kalau lo udah jatuh cinta mah, perokok berat juga ayo aja.". Saya bilang "Tidak!" saya tidak mau hidup dengan perokok. titik . Pada dasarnya saya nggak tahan sama perokok, dan bau rokok yang menguar dari tubuh mereka. Gimana bisa saya jatuh cinta kalau deket deket saja malas?

Kakek dan eyang saya dua-duanya meninggal karena kanker, satu kanker paru-paru, satu kanker usus. Dua-duanya perokok berat. Entah ada hubungannya atau tidak. Pokoknya mereka perokok berat dan hidup mereka berakhir karena kanker.

Pernah waktu saya SD saya marah-marah sama tentara yang duduk di sebelah saya saat menonton pertunjukan Barong di Bali, karena tentara tersebut dengan santainya merokok selama pertunjukkan. Bah. Tentara versus anak SD. Saya mulai protes dengan bicara baik-baik. Tidak mempan. Mulai protes dengan agak keras bilang bau, menghentak-hentakkan kaki, mengibaskan tangan. Tetap juga tidak mempan. Tentara itu masih merokok. Akhirnya saya mengeluarkan senjata andalan anak SD. Nangis menjerit njerit. Baru deh rokoknya dimatikan. Itu juga setelah melotot terlebih dulu pada saya. Sigh. Masa iya sekarang saya juga harus nangis-nangis tiap sudah tidak tahan sama bau rokok. Sigh.

Buat perokok yang baca tulisan ini. Silahkan tersinggung, silahkan tersungging, silahkan apalah suka-suka kalian. Tapi jangan marah kalau saya terus protes-protes bilang bau, panas, dan sebagainya. Itu hak saya. Seperti kalian merasa itu hak kalian untuk merokok dan menyebarkan racun di udara.

Sigh. Moga moga saya nggak kenapa kenapa, moga-moga yang ngerokok ngerokok ini juga nggak kenapa-kenapa. Moga-moga juga orang-orang non perokok lain yang harus menikmati udara dengan asap rokok orang terdekat mereka juga nggak kenapa-kenapa.

Sigh.

Sigh.

No comments:

Post a Comment