Friday, September 23, 2011

Tukang Bohong

Ibu Guru : Restu mana Peernya?

Saya : Hmmm...hmmmm...hmmmm...

Ibu Guru : Tidak mengerjakan ya?

Saya : Peernya diumpetin sama adek saya bu... (Ide kebohongan berasal dari hobi adek memainkan dan menyembunyikan barang-barang punya ibu. Waktu itu adik saya masih 3 tahun)

Ibu Guru : Jangan suka bohong restu...

Saya : Peernya dimakan anjing tetangga bu (Ide kebohongan berasal dari salah satu cerita di buku cerita anak-anak)

Ibu Guru : Restu!!

Saya : Beneran bu, peernya terbawa oom saya. Oom nya sudah pergi naik kapal. (Ide kebohongan oom saya pulang ke Kalimantan naik kapal kemarin sore)

Ibu Guru : (menghela nafas) ... Ibu telepon ibu kamu nanti malam... (belum ada handphone)

Saya : Oh, ibu saya sedang ke Bandung bu, nengok nenek... (Ibu tadi pagi mengantar saya sekolah)

Ibu Guru : ... ... ...

Saya : (meringis menenangkan ibu guru) Tapi saya sudah hapal perkalian tiga ko bu. Gak usah peer peeran.

Ibu Guru : ... ... ...

Malamnya ibu guru menelepon ibu saya sambil tertawa-tawa melaporkan kebohongan saya. Ibu saya juga ikut tertawa. Tapi saya tetep kena jewer sih, soalnya tidak baik buat anak kecil suka bohong. Walaupun itu lucu.

Ah saya bohong kalau sedang kreatif saja ko. Selebihnya sih saya cukup bisa dipercaya. InsyaAllah. Hehe!

Read more ...

Terserah

A : Mau makan dimana?
B : Terserah, kan lo yang mau traktir ulang tahun.
A : Hmmm.... Pizza?
B : Hmmmm..... Jangan pizza deh. Itu Roti.
A : Ya udah kalau gitu, bakso?
B : Mana kenyaaaaannnnggg???
A : (mulai jengkel) Ya udah, kalau gitu maunya apa?!
B : Ih dibilangin terserah, lo maunya apa....
A : Ya udah pasta depan situ aja yuk.
B : yaaaahhhhh.... gw tadi udah makan pasta. Jangan pasta lagi dong, yang lain kek...
A : (tambah sebal) JADI MAUNYA APA??
B : Kan gw bilang juga terserah lo... ayo pilih lah cepetan, laper nih!!
A : (Melotot)
...
...
...
(3 menit kemudian)
B : Eh, steak aja yuk, udah lama gak makan steak...
A : (Menghela nafas tak mampu berkata-kata) ...

Inilah namanya pengendalian secara diam-diam. Haha.

Read more ...

Cerita Kala Hujan

Saya punya urgensi untuk membaca Paulo Cuelho. Karena saya sedang memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi bijaksana.

Jangan tanya kenapa. Pokoknya urgensi itu membuat saya pergi ke toko buku jam 3 sore.

Hujan deras mendera saat saya keluar dari toko buku. Saya lupa Bandung sudah musim hujan. Saya tidak membawa payung.

Saat itu saya harus ke tempat lain yang lokasinya nanggung. Terlalu dekat kalau harus naik angkutan umum atau taxi, tapi cukup jauh untuk bisa ditempuh dengan jalan kaki tanpa menjadi basah kuyup. Menghadapi kenyataan yang terjadi, saya jadi sibuk berpikir dan menimbang-nimbang. Cukup lama, sampai saya menyadari satpam toko menatap saya curiga, karena saya termangu di depan tumpukan buku diskon "LULUS UJIAN NASIONAL" sambil tanpa sadar membuka-buka buku "Cara Cerdik Lulus Ujian Nasional". Mungkin saya dikira mau mencuri (ya ya ya siapa sih yang mau mencuri buku kumpulan soal ujian nasional??) atau siswa yang stress tidak lulus-lulus ujian nasional, atau dia ingin memperingatkan bahwa buku cara cerdik lulus ujian nasional ternyata sama sekali tidak secerdik seperti kelihatannya. Tak tahulah.

Dari hasil mengevaluasi segala kemungkinan, akhirnya saya memutuskan membeli payung di mall depan toko buku. Setelah berlari lari menyeberang jalan sambil menembus pekatnya hujan, sampailah saya di mall. Kemudian saya langsung bergegas mencari payung. Sayangnya semua payung terlalu mahal untuk kantong saya yang isinya cuma beberapa rupiah. Setelah sekian menit berputar-putar tanpa arah, tiba tiba mata saya tertumbuk pada tumpukan jas hujan plastik. Harga satuannya masih bisa ditolerir oleh kantong saya . Saya sambar satu yang berwarna putih, kemudian keluar dari mall dan mulai menggunakan jas hujan tersebut. Berjalan di tengah hujan lebat sambil menggunakan sepotong plastik tipis dengan lubang untuk tangan dan muka, tampilan saya mirip ilmuwan gila yang salah mengira trashbag sebagai jas laboratorium. Setelah berjalan sekitar 15 menit dengan penuh perjuangan, menerabas banyak genangan air dan menggunakan banyak manuver badan untuk menyelamatkan diri dari bahaya terpeleset di lumpur, sampailah saya di tempat tujuan dengan selamat. Aman sentosa dan 3/4 kering.

Tiga menit setelah saya sampai, langit menjadi terang benderang. Hujanpun reda.

Read more ...