Wednesday, January 30, 2008

The Exibitionist Show (eeuh)

Saya dan Vidi sedang mengikuti kerja praktek di Cilegon, kami berdua menyewa kamar kos di kompleks PT. Krakatau Steel. Setiap hari kami berjalan dari rumah kos ke tempat pemberhentian bus karyawan, di depan kompleks. Dari rumah kos ke depan kompleks membutuhkan waktu 10 menit melewati jalan-jalan kompleks yang sepi, yang dikiri kanannya ditumbuhi semak belukar.

Hari itu seperti biasa kami berangkat dengan santai. Saat melewati salah satu jalan, dari arah depan kami muncul bapak-bapak mengendarai sepeda. Potongannya sih seperti karyawan. Berbaju seragam, membawa tas dan sebagainya. Ketika melihat kami didepannya, tiba - tiba dia berhenti, menjatuhkan sepedanya kemudian berlari ke arah semak belukar. Saya tidak berpikir macam-macam, walaupun kelakukan bapak tadi cukup aneh. Ketika kami melewati tempat bapak itu berada, tiba-tiba bapak itu , tanpa tendeng aling-aling, memerosotkan celananya, kemudian memperlihatkan alat kelaminnya sambil berteriak- teriak seperti orang gila.

Eeeeeeewwwwwwwwwww. Saya dan Vidi langsung berlari dengan kencang. Ya sekencang yang kami bisa. Karena perlu diketahui, saya dan Vidi sama-sama bertubuh tambun. Malas bergerak, atau bergerak lamban. Seperti Panda. Hanya saja kami tidak duduk terus menerus di pojokan mengunyah Bambu. Akhirnya dari waktu 10 menit yang dibutuhkan untuk berjalan ke depan, kami hanya membutuhkan 7 menit hari itu. Lumayan peningkatan 3 menit. Ya itulah pertama kalinya saya melihat aksi Exibitionist. Semoga tidak pernah terjadi lagi. Amin.
Read more ...

Monday, January 14, 2008

Halo


Saya sedang tidak enak perasaan. Saya baru saja mendapat nilai C di mata Kuliah 4 SKS, artinya Indeks Prestasi saya menurun tajam dan dosen saya mencoret semua hasil tulisan BAB I Tugas Akhir saya. Lengkaplah hari saya. Kalau awan mendung benar-benar bisa menggelanyut di kepala, maka awan di kepala saya adalah awan hitam yang sudah siap mengeluarkan petir dan hujan. Saya berdiam di Laboratorium saya di lantai 4, memasang tampang galak dan earphone rapat-rapat, menghadap dinding dan berpura-pura sibuk dengan laptop. Semua tahu saya kesal, jadi tidak ada yang berani mengganggu saya. Tiba-tiba, ada yang mencolek colek pundak saya. Saya menoleh, siap menyemprot orang itu.

Ternyata anak astronomi, penghuni ruangan yang selantai dengan laboratorium saya.

Anak astronomi (tanpa peduli tampang jutek saya) : “Kak, mau lihat Halo?”

Saya dengan bersungut – sungut, tanpa mengerti maksud anak itu tentang Halo, entah kenapa menuruti ajakannya. Memang apa sih Halo?. Kami naik ke Lantai 5. Disana sudah ada teropong terpasang. Anak astronomi itu menyodorkan teropongnya ke saya. Saya pun mengintip apa yang ada di baliknya. Halo. Lingkaran cahaya putih yang melingkari matahari yang bersinar keemasan. Pemandangan itu mengusir awan mendung yang menggelayut di kepala saya. Sungguh, seketika saya jadi baik-baik saja.

Kalau ada yang mengharapkan kisah berkelanjutan dari cerita ini, seperti saya tiba-tiba jatuh cinta pada anak astronomi itu, atau kami jadi sering janjian di lantai atas untuk melihat fenomena astronomi lain, well, saya bahkan lupa untuk berkenalan dengan anak astronomi itu. Jadi, ya, sudah cerita ini berhenti saja disini. Yadayadayada.
Read more ...